Kamis, 23 Agustus 2018

Menghabiskan Waktu Seharian di Cirebon







Kota Cirebon, termasuk salah satu list trip saya, qadarullah saya bisa sampai di Kota Cirebon tahun 2018 ini. Kakek saya asli orang Cirebon, tapi saya pun tidak tahu saudara yang ada di Cirebon ini tinggal di mana saja. Kali ini, perjalanan di Cirebon ditemani oleh teman saya, Anggi. Waktu sebelum bertemu di Cirebon, saya bilang ke Anggi bahwa saya ingin sekali ke Cirebon. Dan, tanpa rencana yang matang, one day trip saya ke Cirebon pun terlaksana. Alhamdulillah. Saya pesan kereta untuk PP di Traveloka, jauh-jauh hari. Alasan saya memesan tiket jauh-jauh hari karena, saya takut harga tiket KA murah ke Cirebon habis. Kalian begitu juga nggak sih?

Saya berangkat ke Cirebon menggunakan kereta Api Tegal Bahari,  pada pukul 09.44. Mulai berangkat dari rumah pukul 07.00 teng! Naik Trans, kebetulan moda TransJak hari ini free sampai tanggal 19 Agustus. Dalam perjalanan menuju Stasiun Gambir, mulai dari depan GBK, ramai sekali orang! Hari itu memang akan ada Opening Asian Games pada malam harinya.

Tiba di Stasiun Gambir, waktu menunjukkan pukul 09.00, rupanya saya datang lebih awal. Jadi, tidak perlu terburu-buru mencetak tiket. Ternyata kereta Tegal Bahari sudah standby di peron 4, saya pun langsung masuk dan duduk manis di seat 12 yang ternyata jalannya mundur dan berhadapan dengan dua bangku lainnya. Ok, saya pun gagal memilih kursi yang enak. Kereta Ekonomi Tegal Bahari termasuk lux ya, beda banget sama Matarmaja yang kursinya berjajar 3, dan kurang empuk seperti Tegal Bahari.

3 Jam perjalanan, saya pun sampai di Kota Cirebon! Ternyata, cuaca di Cirebon Hot ya. Saya langsung samperin Anggi yang sudah standby di Stasiun, Anggi pun tak sendiri, ia membawa adiknya yang paling mungil bernama Mon-Mon.
Dari stasiun, kami langsung menuju Keraton Kasepuhan, naik becak. Tak langsung ke Keraton Kasepuhan, saya shalat dulu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Cirebon, nampak mesjid dengan sentuhan interiornya yang mirip dengan Masjid Agung Demak, berbentuk limas.

Saya shalat di teras masjid, jadi saya tidak dapat masuk ke dalam masjid karena ditutup dan belum bisa melihat dengan sempurna duabelas sokoguru ‘pilar utama bangunan’  yang berada di dalam masjid.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa (nampak teras masjidnya)
Susunan batu merah yang khas dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Karena Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid tertua di Tanah Jawa yang dibangun 1480 Masehi, duabelas sokoguru sudah ditopang dengan rangkaian besi agar menjaga sokoguru tetap utuh. Uniknya lagi, masjid ini pun dikenal dengan sebutan Azan Pitu: tujuh muadzin mengumandangkan azan secara bersama-sama. Sampai sekarang, pada saat menjelang Shalat Jum’at, azan pitu bisa kita dengar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Setelah shalat, kami makan nasi lengko yang cukup enak dan terjangkau ada di Keraton Kasepuhan, harganya cuma 10.000. Setelah perut kenyang dan sanggup berjalan lagi, kami langsung menuju Kerato Kasepuhan.

Di Keraton Kasepuhan, biaya masuknya 15.000 per orang. Baru kali ini saya ke tempat wisata yang tidak ada permainannya dengan biaya yang menurut saya masih terbilang mahal, berbeda ketika saya berliburan ke Wonosobo. 


Menurut wikipedia, Keraton Kasepuhan ini adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makanya nggak heran biaya masuk dengan harga 15.000 per orang, mungkin harga segitu untuk biaya pemeliharaan keraton.
Nampak halaman depan keraton yang dikelilingi tembok bata merah, uniknya, batu bata disusun dengan perekatan yang dicampur putih telur, getah aren, dan kapur sirih.

Masuk ke Keraton Kasepuhan
Patung 2 ekor macan putih


Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan keraton tertua di Cirebon yang dibangun pada tahun 1430 oleh Pangeran yang bernama Pangeran Walangsungang. Nama keraton kasepuhan awalnya adalah Dalem Agung Pakungwati. Keluarga sultan masih ada yang tinggal di Keraton Kasepuhan ini loh. Waktu saya ke sana, tempat penerima tamu ditutup. Yang saya dengar dari guide, pintu itu akan dibuka pada dua kali dalam setahun, yaitu pada maulid nabi dan Hari Raya Idul Fitri.

Tanpa guide di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon, tidak akan membuatmu cengo. di setiap arsiteknya terdapat papan penjelasan yang bisa kamu baca dengan jelas. Kalau kamu suka sejarah kerajaan Islam, kamu perlu catat informasinya!

Ornamen bunga pada pintu melambangkan shalat lima waktu

Saya tidak mampir ke Museum Singa Barong yang berada di komplek keraton, karena harga masuknya yang cukup mahal, 25.000. Padahal seru loh masuk di dalam museumnya, kamu bisa melihat lebih dekat kereta kencana (Kereta Singa Barong) yang menjadi transportasi keluarga sultan.

Perjalanan berlanjut ke Goa Sunyaragi. Dari kejauhan, Goa Sunyaragi sudah terlihat dengan keindahannya. Masuk dengan harga tiket 10.000 per orang. Goa ini adalah goa buatan yang terbuat dari batu karang. Nama Goa Sunyaragi berasal dari bahasa sansekerta, Sunya ‘sepi’ dan Raga ‘badan’.  Sesuai dengan namanya, Goa ini pun dipakai untuk bersemedi para raja Cirebon ratusan tahun lalu.

Di dalam goanya terdapat banyak goa-goa kecil yang bisa kamu masuki, yang saya dengar dari guide tour, tak pernah melihat orang yang badannya besar yang tidak bisa masuk ke dalam Goa-goa Sunyaragi. Katanya lagi, ada patung yang bernama Perawan Sunti ‘perawan seumur hidup’ yang tidak boleh disentuh oleh anak gadis, nanti bisa sukar dapat jodoh. Tapi, patung aslinya tidak berada di tempatnya, patung tersebut sudah dimuseumkan.


Patung perawan sunti yang dipegang guide


Ada banyak spot foto menarik Di Goa Sunyaragi yang bisa kamu cari untuk cekrak-cekreak di sana. Saya pun nggak melewatkan momen tersebut untuk banci foto. Ya, walaupun momen perfotoan pun sedikit yang saya cekrek (ternyata capek juga, keliling Goa Sunyaragi, loh)

Waktu hampir mau Maghrib, saya dan Anggi memutuskan untuk kembali pulang. Tentunya, saya menumpang nginap semalam di tempat Miminya Anggi yang berada di Tukmudal. Saya jatuh cinta dengan Sumber Tukmudal! Wilayahnya cukup adem, dan banyak pohon-pohon rindang di pinggiran jalan. Keesokan harinya saat saya ambil keberangkatan kereta pagi dari Tukmudal, saya sangat menikmati perjalanan dari Tukmudal.

bye-bye Cirebon

2 komentar:

  1. Ditunggu kedatangannya kembali biar sempet ke plangon, kabupatenan, CIrebon Waterland, Pantai Kejawanan, Masjid Hijau, Mal-mal Cirebon, Gronggong, Kuningan (Cibulan, Sangkanhurip, Palutungan, dsb) atau ke Majalengka (curug Maja, bandara Kertajati, dsb). Btw mampir dong ke blog, tulisannya gie featured lho ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Anggi, duta Cirebon. Woow tempat wisata di Cirebon nggak habis2 ya.. Walau kecil, tapi ternyata masih banyak yg perlu dieksplore. Bhaiqq in syaa Allah bisa ke sana lagi ya ^^

      Hapus