Kota Cirebon, termasuk salah satu list trip saya, qadarullah
saya bisa sampai di Kota Cirebon tahun 2018 ini. Kakek saya asli orang Cirebon,
tapi saya pun tidak tahu saudara yang ada di Cirebon ini tinggal di mana saja. Kali
ini, perjalanan di Cirebon ditemani oleh teman saya, Anggi. Waktu sebelum
bertemu di Cirebon, saya bilang ke Anggi bahwa saya ingin sekali ke Cirebon.
Dan, tanpa rencana yang matang, one day
trip saya ke Cirebon pun terlaksana. Alhamdulillah.
Saya pesan kereta untuk PP di Traveloka, jauh-jauh hari. Alasan saya memesan
tiket jauh-jauh hari karena, saya takut harga tiket KA murah ke Cirebon habis.
Kalian begitu juga nggak sih?
Saya berangkat ke Cirebon menggunakan kereta Api Tegal
Bahari, pada pukul 09.44. Mulai
berangkat dari rumah pukul 07.00 teng! Naik Trans, kebetulan moda TransJak hari
ini free sampai tanggal 19 Agustus.
Dalam perjalanan menuju Stasiun Gambir, mulai dari depan GBK, ramai sekali
orang! Hari itu memang akan ada Opening
Asian Games pada malam harinya.
Tiba di Stasiun Gambir, waktu menunjukkan pukul 09.00, rupanya
saya datang lebih awal. Jadi, tidak perlu terburu-buru mencetak tiket. Ternyata
kereta Tegal Bahari sudah standby di
peron 4, saya pun langsung masuk dan duduk manis di seat 12 yang ternyata jalannya mundur dan berhadapan dengan dua
bangku lainnya. Ok, saya pun gagal memilih kursi yang enak. Kereta Ekonomi
Tegal Bahari termasuk lux ya, beda banget sama Matarmaja yang kursinya berjajar
3, dan kurang empuk seperti Tegal Bahari.
3 Jam perjalanan, saya pun sampai di Kota Cirebon! Ternyata,
cuaca di Cirebon Hot ya. Saya langsung
samperin Anggi yang sudah standby di
Stasiun, Anggi pun tak sendiri, ia membawa adiknya yang paling mungil bernama
Mon-Mon.
Dari stasiun, kami langsung menuju Keraton Kasepuhan, naik
becak. Tak langsung ke Keraton Kasepuhan, saya shalat dulu di Masjid Agung Sang
Cipta Rasa di Cirebon, nampak mesjid dengan sentuhan interiornya yang mirip
dengan Masjid Agung Demak, berbentuk limas.
Saya shalat di teras masjid, jadi saya tidak dapat masuk ke
dalam masjid karena ditutup dan belum bisa melihat dengan sempurna duabelas sokoguru
‘pilar utama bangunan’ yang berada di
dalam masjid.
 |
Masjid Agung Sang Cipta Rasa (nampak teras masjidnya) |
 |
Susunan batu merah yang khas dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa |
Karena Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid tertua
di Tanah Jawa yang dibangun 1480 Masehi, duabelas sokoguru sudah ditopang dengan
rangkaian besi agar menjaga sokoguru tetap utuh. Uniknya lagi, masjid ini pun
dikenal dengan sebutan Azan Pitu: tujuh muadzin mengumandangkan azan secara
bersama-sama. Sampai sekarang, pada saat menjelang Shalat Jum’at, azan pitu
bisa kita dengar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Setelah shalat, kami makan nasi
lengko yang cukup enak dan terjangkau ada di Keraton Kasepuhan, harganya cuma
10.000. Setelah perut kenyang dan sanggup berjalan lagi, kami langsung menuju
Kerato Kasepuhan.
Di Keraton Kasepuhan, biaya masuknya 15.000 per orang. Baru
kali ini saya ke tempat wisata yang tidak ada permainannya dengan biaya yang
menurut saya masih terbilang mahal, berbeda ketika saya berliburan ke Wonosobo.
Menurut wikipedia, Keraton
Kasepuhan ini adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makanya
nggak heran biaya masuk dengan harga 15.000 per orang, mungkin harga segitu
untuk biaya pemeliharaan keraton.
Nampak halaman depan keraton yang
dikelilingi tembok bata merah, uniknya, batu bata disusun dengan perekatan yang
dicampur putih telur, getah aren, dan kapur sirih.
 |
Masuk ke Keraton Kasepuhan |
 |
Patung 2 ekor macan putih |
Keraton Kasepuhan Cirebon
merupakan keraton tertua di Cirebon yang dibangun pada tahun 1430 oleh Pangeran
yang bernama Pangeran Walangsungang. Nama keraton kasepuhan awalnya adalah
Dalem Agung Pakungwati. Keluarga sultan masih ada yang tinggal di Keraton
Kasepuhan ini loh. Waktu saya ke sana, tempat penerima tamu ditutup. Yang saya
dengar dari guide, pintu itu akan
dibuka pada dua kali dalam setahun, yaitu pada maulid nabi dan Hari Raya Idul
Fitri.
Tanpa guide di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon, tidak akan membuatmu cengo.
di setiap arsiteknya terdapat papan penjelasan yang bisa kamu baca dengan
jelas. Kalau kamu suka sejarah kerajaan Islam, kamu perlu catat informasinya!
 |
Ornamen bunga pada pintu melambangkan shalat lima waktu |
Saya tidak mampir ke Museum Singa
Barong yang berada di komplek keraton, karena harga masuknya yang cukup mahal,
25.000. Padahal seru loh masuk di dalam museumnya, kamu bisa melihat lebih
dekat kereta kencana (Kereta Singa Barong) yang menjadi transportasi keluarga
sultan.
Perjalanan berlanjut ke Goa
Sunyaragi. Dari kejauhan, Goa Sunyaragi sudah terlihat dengan keindahannya.
Masuk dengan harga tiket 10.000 per orang. Goa ini adalah goa buatan yang
terbuat dari batu karang. Nama Goa Sunyaragi berasal dari bahasa sansekerta,
Sunya ‘sepi’ dan Raga ‘badan’. Sesuai
dengan namanya, Goa ini pun dipakai untuk bersemedi para raja Cirebon ratusan
tahun lalu.
Di dalam goanya terdapat banyak
goa-goa kecil yang bisa kamu masuki, yang saya dengar dari guide tour, tak pernah melihat orang yang badannya besar yang tidak
bisa masuk ke dalam Goa-goa Sunyaragi. Katanya lagi, ada patung yang bernama Perawan
Sunti ‘perawan seumur hidup’ yang tidak boleh disentuh oleh anak gadis, nanti
bisa sukar dapat jodoh. Tapi, patung aslinya tidak berada di tempatnya, patung
tersebut sudah dimuseumkan.
 |
Patung perawan sunti yang dipegang guide |
Ada banyak spot foto menarik Di Goa
Sunyaragi yang bisa kamu cari untuk cekrak-cekreak di sana. Saya pun nggak
melewatkan momen tersebut untuk banci foto. Ya, walaupun momen perfotoan pun
sedikit yang saya cekrek (ternyata capek juga, keliling Goa Sunyaragi, loh)
Waktu hampir mau Maghrib, saya dan
Anggi memutuskan untuk kembali pulang. Tentunya, saya menumpang nginap semalam
di tempat Miminya Anggi yang berada di Tukmudal. Saya jatuh cinta dengan Sumber
Tukmudal! Wilayahnya cukup adem, dan banyak pohon-pohon rindang di pinggiran
jalan. Keesokan harinya saat saya ambil keberangkatan kereta pagi dari
Tukmudal, saya sangat menikmati perjalanan dari Tukmudal.
 |
bye-bye Cirebon |