Tidak ada sebuah nama tanpa
arti, mungkin itulah yang dipikirkan masak-masak oleh kedua orangtua kita
sebelum kita lahir, memberikan nama untuk si calon buah hati dengan harapan nantinya,
anak tersebut akan memiliki arti sesuai dengan nama yang akan melekat hingga
ujung usianya.
Mungkin orang tua akan
mencari-cari nama untuk anaknya sampai yang diinginkannya terpuaskan.
“Nah mungkin ini nama yang
cocok untuk anak kita,pas dengan artinya ‘Hati nurani’ wijdan. “
Terlahir di tahun 1986 anak
perempuan tersebut diberi nama wijdan
‘hati nurani’ yang entah kenapa terdengar seperti nama untuk anak laki-laki,
kini tercokok sangat kuat pada seorang anak perempuan dengan nama wijdan.
Sungguh aku berterima kasih kepada orang tua yang telah memberiku nama dengan
arti yang sangat indah ini, ‘hati nurani’ dengan arti tersebut aku seakan
menjadi sosok yang sangat ‘perasa’ dengan hati yang tidak bisa dikecewakan. Namun
pada kenyataan sepanjang perjalanan hidup wijdan memberiku makna yang sangat
indah.
Beralih ke nama, pada usia
yang menjelang 27 tahun ini, tidak hanya nama wijdan saja orang-orang
mengenalku. Berbagai pelencengan nama wijdan pun terjadi.
Diawali dengan nama kecilku ‘jade’
(baca : jid) keluargaku dari Jakarta dan Situbondo memanggil “kakak jade, adik
jade” tanpa tahu artinya, hingga kini ‘jade’ tidak pernah lepas dari gaungan
keluarga yang memanggilku.
“Dol” dodol? Artinya bodoh,
entahlah hanya kakak dan adikku saja yang memanggil dengan sebutan ini. Berawal
dari ulah kebodohanku dalam bercanda dengan saudara kandungku ini, panggilan ‘dodol’
menjadi sangat akrab di telingaku.
Wijdan, mungkin orang-orang
yang memanggil namaku agak sulit dengan karakter lidah orang-orang yang beragam, sehingga nama wijdan
bisa berubah menjadi ‘wisdan, wizdan, widan’ Ah kalau sudah begitu wijdan akan
menjadi sebuah arti yang salah.
Simplenya
orang pasti akan memanggil namaku pada konsonan terakhirnya “dan” pasti dengan
seketika akan menyaut “Ya, saya?”
SD, teman-teman SD sering
membuli namaku hingga menjadi ‘wajan’ ‘zidan’ ‘bidan’ ‘edan’
SMP, metamorphosis wijdan to be
‘idhan’ Ada seorang teman suddenly
memberiku nama panggilan idhan. Mungkin kedengarannya bagus, mengingat untuk
menyebut wijdan sangat susah, dan juga belum ada nama panggilan untuk si
wijdan. Kadang suka bingung kalau di tanya, “nama panjangnya siapa?” | gak ada,
wijdan aja kok | nama panggilannya? | wijdan juga #eaaa
Dan saatnya aku memiliki
nama panggilan yaitu idhan.
Senior
High School, wijdan seolah berevolusi lagi, ada yang
manggil ‘wijdun, wije, weje’
Kuliah, aku baru PD memploklamirkan
nama ‘idhan’ untuk panggilan yang akan menemaniku nanti. Jadi ceritanya, saat
ada yang berkenalan denganku aku dengan lantang akan menyebut “idhan”
Dan sebutan "Mbah" , entah dari mana asal si panggilan tersebut bisa melekat sampai sekarang. Mungkin diantara mereka, usiaku di atas mereka.
Dan sebutan "Mbah" , entah dari mana asal si panggilan tersebut bisa melekat sampai sekarang. Mungkin diantara mereka, usiaku di atas mereka.
Saat booming situs jejaring sosial, saat sign up mengisi form, aku
isi nama depan idhan, dan bingung dengan nama belakangku akan di isi apa? Oke kali
ini aku sangat bingung dengan gelar nama belakangku. Sempat beberapa nama
belakang menjadi pelekatan setelah nama idhan, ‘hoelwun, bahri, kirei, papan,
hulwah’. Adanya nama belakang ini, beberapa teman selalu kepo “hoelwun, bahri, kirei,
papan, hulwah?? Maksudnya apa? Artinya apa?“
Simple
saja menjawabnya,
hoelwun di
ambil dari bahasa arab yang artinya manis, Bahri
adalah nama belakang ayah, kirei
diambil dari bahasa jepang yang artinya cantik, papan?
Dan ini yang menjadi pemikir
untuk nama belakang yang akan digunakan di beberapa jejaring sosial, istilah
katanya, nama entertainer. Kalau dianalogikan aku ya seperti papan dengan fisik
tubuh yang kurus. Papan tercetus dari obrolan seorang teman yang mengibaratkan
orang kurus itu seperti papan.
Dan aku pun mulai merasa papan itu sepertinya
akan pantas dengan gandengan nama untuk idhan, jadi idhan papan nama depan dan
nama belakang sama-sama berakhiran ‘an’. Nama papan sempat menjadi fenomena.
Karena nama adalah sebuah doa, aku ingin gemuk dan tidak ingin selalu kurus. Aku
mengganti papan dengan hulwah,
artinya masih sama dengan hoelwun yang diambil dari bahasa arab artinya manis.
Semoga doa (melalui nama) terkabul ^^
BalasHapusKarena nama mengandung do'a-do'a terindah