Kamis, 28 Desember 2017

From Ciledug to Wonosobo







Jadi ceritanya, saya tidak berencana apa pun untuk menghadapi tahun baru dengan jalan-jalan ke luar kota seperti tahun-tahun sebelumnya. Pergi ke Wonosobo untuk mengakhiri dan mengawali tahun baru adalah sebuah ketidaksengajaan karena melihat e-mail dari kantor yang masuk, bahwa akan ada cuti bersama yang mengiringi tanggal merah pada saat Natal dan tahun baru. Mulai tanggal 23 sampai 26 Desember 2017  dan keisi masuk kantor cuman dua hari yang terjepit di antara hari libur. Lalu, mulai tanggal 29 Desember 2017 sampai tanggal 2 Januari 2018 libur lagi. Saya merasa liburnya itu teramat panjang dan sangat kejepit sekali hingga saya berpikir, “dari pada sayang gini liburannya, cuman di rumah dengan estimasi hari libur yang lama, lebih baik saya ke Wonosobo saja.” 
Memutuskan long weekend untuk pergi ke Wonosobo adalah pilihan liburan yang murah dan tepat buat saya, dengan alasan: Pertama, akomodasi yang murah untuk perjalanan ke luar kota pada peak season, karena memang harganya tidak naik kalau long weekend seperti ini. Kedua, tidak perlu repot untuk jauh-jauh hari mendapatkan tiket bus yang available, karena bus ke Wonosobo dibuka pada satu waktu kita akan pergi juga. Ketiga, saya tidak perlu menginap di hotel dengan mengeluarkan biaya lagi, karena kakak saya tinggal di sana bersama suami.

Saat saya berpikir akan jalan-jalan ke Wonosobo, jujur saya tidak terlalu bersemangat dan excited seperti jalan-jalan ke kota lainnya. Karena saya beberapa kali hinggap ke Wonosobo dan inginnya berkelana ke kota yang belum pernah saya kunjungi. Walau sering saya berkunjung, namun ada beberapa spot objek wisata Wonosobo yang belum pernah saya kunjungi. Dari dulu, saya kepengin banget mencoba hiking ke gunung. Apalagi ini di Wonosobo, semacam gunung atau tempat-tempat tinggi di sana adalah destinasi favorit bagi pecinta gunung. Tapi, karena liburan (lagi-lagi) kali ini ke Wonosobo barengan saudara, kayaknya untuk hiking ke Gunung nggak dulu deh. Iya, si Tante dan anaknya juga ikut, nggak mungkin juga ke tempat-tempat tinggi hiking gitu.

Dari bulan kapan tau, hujan masih saja sering turun di Wonosobo. Keinginan saya untuk pergi ke Dieng, sepertinya tidak memungkinkan. Kakak saya bilang, di Dieng (atas) masih kerap terjadi longsor, dan di Wonosobo hampir tiap hari turun hujan. Saya sih pasrah saja akan ke mana nanti, yang ada di dalam pikiran saya adalah, “saya mau menghabiskan liburan panjang ini tidak di rumah.” Udah gitu aja.

Tanggal 27 Desember 2017 pagi hari pukul 08.00 saya dan ibu langsung cus ke loket Bus yang ada di Asrama Polri, Ciledug. Loket memang dibuka pada pukul tersebut untuk yang mau pergi pada saat hari itu juga. Seperti yang saya tulis sebelumnya, beli tiket untuk pergi ke Wonosoboon the spot.” Beli tiket bus ke Wonosobo, bukan hanya di Asrama Polri, di Pasar Lembang yang dijadikan terminal untuk bus-bus luar kota juga dibuka pada pukul yang sama. Bedanya, kalau ingin dapet duduk dengan kursi yang berada di depan, sebaiknya membeli tiket dari Pasar Lembang Ciledug saja.

Sebenarnya saya ingin sekali memesan kursi di depan, dan harusnya saya beli tiket di Pasar Lembang. Waktu ke Wonosobo sebelumnya, ada insiden paling tidak adil bagi saya dan keluarga yang saat itu sudah membeli tiket bus di Pasar Lembang. Kami mendapatkan kursi di depan dan saat sudah di bus, nomor kursi kami jadi berpindah tempat ke kursi persis di belakang penumpang lain yang menyelak. Ibu saya komplain ke loketernya yang saat itu kami naik bus dari Asrama Polri (rule-nya memang bisa kok, beli tiket bus di Pasar Lembang, dan naiknya baru di Asrama Polri). Anehnya, si Mbak beserta Sopirnya, tidak mengindahkan keluhan Ibu saya (karena ibu saya yang beli tiketnya) terjadi cek-cok mulut lah, tetap saja mereka yang tak mau kalah (jelas-jelas mereka yang salah). 

Setelah insiden yang tidak mengenakkan bagi saya dan keluarga, yang entah bagaimana mereka bisa selicik itu, Ibu dan saya jadi kapok untuk membeli tiket dari Pasar Lembang, ya takut-takut diperlakukan tidak adil lagi dari pihak PT. Sinar Jayanya.

Dan... pagi hari itu, di tanggal alhamdulillah, ibu saya tuntas membeli tiket bus ke Wonosobo. Seperti tidak disangka sebelumnya, saya kebagian kursi belakang! Saya sudah mulai uring-uringan melihat tiket yang sudah terbelikan oleh ibu. 



Kalau yang tahu bagaimana rasanya berada di bus dengan duduk di kursi belakang akan ada drama: pusing dan mual. Ya gimana lagi ye kan, tiket sudah dibeli dan bersyukur masih mendapatkan tiket bus: karena ini long wiken, pastilah penumpang akan penuh sekali. Dengan harga 100.000 menggunakan bus bisnis AC seat 3-2, Bus Sirna Jaya Jurusan Wonosobo akan berangkat pada pukul 14.00. Penjelasan soal waktu keberangkatan, bagi saya, kali pertama berangkat ke Wonosobo pada pukul 14.00. Biasanya Bus Jurusan Wonosobo mulai jalan pada pukul 16.00. Kata loketernya sih, karena long wiken dan di tol akan padat dengan kendaraan.  

Sebelum pukul 14.00 saya dan saudara sudah standby di Asrama Polri, menunggu bus datang. Telat setengah jam, bus akhirnya datang. Dan sekitar 14.45, bus mulai berangkat. Terjadi kemacetan yang parah di Bekasi, bus terus melaju hingga akhirnya sekitar pukul 19.30, sampailah di tempat ngasonya Bus Sirna Jaya di daerah... (((duh lupa))) 

Waktu yang disediakan hanya setengah jam untuk ishoma, kami buru-buru shalat Jamak dan Qashar maghrib – Isya, dan makanlah kami di bus yang sudah kami bawa dari rumah. Bus melanjutkan perjalanannya dan terus melaju. Yang saya rasakan saat duduk di kursi belakang, alhamdulillah saya tidak mual, karena sepanjang perjalanan saya pakai buat tidur ayam: bus mulai sering nyalip dan saya deg-degkan luar biasa. Hal yang paling mengasyikkan saat duduk di kursi belakang, saya merasa bagaikan naik roller coaster skala kecil. Waktu ada turunan, berasa ngilu euy. Perjalanan naik lalu turun ini berada di sekitaran Banjar Negara menuju kota Wonosobo.


Dan, finally, alhamdulillah kami sampai di rumah kakak saya pukul 03.00 subuh. Mau tahu, saya jalan-jalan ke mana saja setelah sampai di Wonosobo? klik di sini ya

10 komentar:

  1. Bus Sinar Jaya emang paling2 deh. Terkenal banget ugal-ugalanya. Aku pernah naik sinar jaya waktu ke jogja dan kapokk. Mending naik kereta sekalian deh.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Belonan pernah naik bus ke Jawa, eh udah deng pas SMP ke Yogya. Tapi katanya kalo ke Wonosobo jalananny aduhai bikin mabok ya? Hahahah denger ceritanya udah ciut nyali mau ke sanaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah aman mba aie, selama perjalanan dr rumah ke Wonosobo. Ya tapi minusnya itu aja, si sopir bus yg ugal-ugalan -.-"

      Hapus
  4. kalau aku pulang kampung ke padang, malah mobil pribadi dan travel yg ugal2an tp busnya tertib 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa travel di padang dahsyat-dahsyat! Aku pernah naik travel dr padang ke Riau. Sepanjang perjalanan deg degkan. Emang terkenal banget dah sopir travel padang yg kalau nyetir luar biasaaa menggemaskan. Hahaha

      Hapus
  5. Duh baca postingannya mbak Idhan jadi kangeen jalan jalaan. Sepertinya Wonosobo seruu juga ya untuk dikunjungii hehe

    BalasHapus